Kurban bayramı pertama Turki
20 Agustus 2019

KURBAN BAYRAM PERTAMA DI TURKI

By metinvia

Tahun ini menjadi kurban tahun pertama selepas pindah ke Turki. Masih dalam tahap adaptasi, yang kata orang memang butuh waktu setahun dua tahun bahkan tiga tahun untuk hidup normal kembali. Cerita kali ini masih dari pedesaan Turki, karena Kurban Bayram kami pulang kampung lagi.

Perbedaan Idul Adha di Turki dan Indonesia sangat kontras sekali. Kami pulang ke desa H-1, malam hari baru sampai. Tidak ada keramaian takbiran. Jangankan takbiran, masjid-masjid sepi, suasana lebaran besar tidak terasa seperti di Indonesia. Tidak ada persiapan khusus untuk Hari Raya Besar. Persiapan umum seperti Eid sebelumnya, yaitu bersih-bersih rumah dan masak makanan seperti yaprak sarma dan baklava. Selain itu tidak ada lagi selain persiapan permen atau coklat yang menjadi  hal ‘wajib’ ada di setiap rumah orang Turki saat Bayram tiba.

*Saat Kurban Bayram, keluarga yang berada di kota berbondong-bondong balik ke desa. Mereka memilih untuk kurban di desa, sebagian online tapi tetap datang ke desa. Di desa pada umumnya, masyarakat menyembelih hewan kurban secara mandiri alias sendiri-sendiri. Tidak seperti di Indonesia yang biasa disembelih gotong royong di setiap masjid, di Turki berbeda. Ada beberapa cara berkurban yang orang Turki lakukan, selanjutnya akan dibahas sedikit di bawah ini.

Langsung saja lanjut cerita…

Pagi harinya…

Para lelaki penghuni rumah bersiap untuk pergi ke masjid, Sholat Ied, sedangkan perempuan di rumah saja menyiapkan sarapan. Setelah selesai Sholat Ied, laki-laki Turki di desa ini menuju jalan depan masjid, mereka salam-salaman sekaligus mengucapkan “selamat hari raya kurban”. Kalau istilahnya di Indonesia mirip ‘mini syawalan’ alias salam-salaman dan doa tapi versi cepat. Barulah mereka pulang ke rumah dan kami salam-salaman lalu kahvaltı[1] bersama.

Foto sarapan kala itu, sarapan di desa tidak ada yang berbeda dari hari biasanya.

Selesai sarapan, kami bersiap-siap prosesi penyembelihan hewan kurban. Di Turki, Kurban memang bagi yang mampu (sama seperti di Indonesia), tapi bagi mereka sendiri beberapa lebih mendekati ke wajib. Jadi, tidaklah heran kalau hampir setiap rumah di Turki pasti ikut berkurban, entah kurban menyembelih sendiri, menyembelih di kasap[2], atau online. Bahkan warga pedesaan pun banyak yang berprinsip bahwa kurban itu sudah wajib bagi diri mereka sendiri. Tidak hanya itu, ketika kurban, baik warga yang konservatif maupun condong ke sekuler memiliki persamaan cara pandang tentang kurban, yaitu sebagai ungkapan syukur dan berbagi ke sesama. Tapiiii di desa (digarisbawahi pedesaan kami di Canakkale) ada sebagian besar penduduk desa mertua masih menganggap kurban sebagai ajang kompetisi. Maksudnya, kompetisi ini ada rasa bangga ketika menyembelih hewan kurban, mengolah, juga membagikan daging sendiri, bahkan mengumpulkan kulit hewan ke rumah Imam masjid paling awal juga menjadi kebanggaan diri.

1). Menyembelih hewan kurban sendiri

Dari tahun ke tahun, keluarga di desa selalu memilih cara ini, katanya sudah menjadi kultur. Penyembelihan hewan kurban bisa dilakukan di halaman, atau kebun sekitaran rumah. Jika bisa menyembelih sendiri, itu lebih baik (menurut baba). Kalaupun tidak, akan ada Imam yang datang dari rumah ke rumah untuk membantu menyembelih sesuai syariat Islam. Tahun ini Imam masjid datang untuk membantu kami. Tahun sebelum-sebelumnya pernah baba menyembelih sendiri dan pernah juga panggil jagal.

Saat prosesi penyembelihan, Imam dan anggota keluarga bersiap menyaksikan. Bapak Imam masjid (sebagai wakil karena eksekutor yang menyembelih) menanyai salah satu yang ditunjuk dalam keluarga (istilahnya di Indonesia shohibul qurban) “vekilin olayim mi?[3]” lalu si shohibul qurban menjawab “ol[4]”. Pertanyaan tersebut ditanyakan sebanyak tiga kali. Setelah itu Bapak Imam masjid mengucap doa dan takbir dan disembelihlah hewan kurban tersebut. Selanjutnya kami menangani sendiri dari proses pengulitan hingga pemotongan daging. Sangat menyayangkan banyak bagian dari hewan kurban yang dibuang/dikubur, seperti bagian kepala, kaki, perut, empedu, usus, dll karena kami tidak sanggup membersihannya. Kalau di Indonesia semua bagian tubuh hewan kurban dimanfaatkan dengan baik, tidak dikubur. Begitu selesai, kami membagikan daging ke beberapa penduduk desa yang tidak bisa berkurban saat itu. Bisa dihitung jari jumlahnya, tapi setiap bagian memang banyak dan berat meskipun tanpa ditimbang. Kami sampai tidak tahu mau membagikan kemana lagi karena hampir semua penduduk desa turut berkurban jadi mereka tidak membutuhkan daging lagi.

Imam masjid dari speaker masjid mengumumkan untuk mengumpulkan kulit-kulit domba di dekat masjid untuk selanjutnya akan disalurkan ke pihak lain. Pihak lain yang dimaksud ini adalah pihak yang menerima atau menampung donasi kulit hewan kurban, biasanya di Türk Hava Kurumu (THK)[5] atau Türkiye Diyanet Vakfı (TDV)[6].

Meskipun sudah dibagi dalam jumlah banyak hanya ke beberapa orang saja, daging yang kami miliki masih sangat melimpah. Beberapa dijadikan kıyma[7] dan disimpan sebagai cadangan makan musim dingin di freezer.

Salah satu foto dokumentasi kami saat memproses hewan kurban sendiri. Maaf muka kami tutupi dengan emoticons :’)

2). Menyembelih hewan kurban di kasap

Bagi sebagian masyarakat terutama di daerah perkotaan atau suburban, mereka banyak memilih alternatif ini. Setelah membeli hewan kurban baik secara mandiri (kambing) ataupun berkelompok (sapi), akan disembelih di tempat pemotongan hewan. Biasanya orang-orang akan mendapat nomer antrian (antri panjang bahkan sampai ratusan) dan menunggu berjam-jam (bahkan sampai malam) untuk melihat prosesi penyembelihan. Setelah disembelih barulah daging bisa dibawa pulang ke rumah.

Di beberapa tempat, ada kasap yang melayani pembelian hewan kurban sekaligus bisa pemotongan sekalian. Ada juga yang membeli hewan kurban dari luar, lalu hanya menggunakan jasa pemotongan saja. Di kasap ini, si shohibul qurban juga bisa request bagian mana saja yang ingin dibawa pulang, misalnya sakatat[8]; jeroan, kaki, kepala dan lain-lain yang biasa ditinggal/dibuang bisa diminta dibawa pulang.

3). Kurban secara online

Seiring berkembangnya zaman, banyak pihak yang juga melayani jasa kurban secara online. Di internet serta papan-papan reklame misalnya, satu yang paling terkenal adalah Türkiye Diyanet Vakfı (TDV). TDV melayani kurban online di segala penjuru negeri Turki. Caranya hanya tinggal masuk ke website, mentransfer uang pembayaran, lalu nantinya si shohibul qurban akan dikirimi video pemotongan hewan.

Sebagian orang memilih cara ini terutama orang perkotaan karena lebih praktis tinggal transfer sejumlah uang tanpa perlu mencari dan membeli hewan kurban dan menunggu pemotongan. Sebagian memilih kurban online agar tidak bingung membagikan daging kurban karena biasanya daging kurban akan disalurkan ke daerah atau negara-negara yang membutuhkan. Biasanya shohibul qurban ini memang tidak menginginkan daging kurbannya, dan sepenuhnya mempercayakan kepada pihak terkait untuk mendistribusikan ke masyarakat yang membutuhkan.

4). Menyembelih hewan kurban bersama-sama

Pada awalnya saya kira menyembelih hewan kurban di masjid bersama-sama layaknya seperti di Indonesia tidak ada di Turki. Tapi, saya mendengar cerita dari seorang teman Turki bahwa hal ini (kurban pemotongan bersama) masih ada hanya saja SANGAT JARANG. Bedanya kalau di Indonesia takmir masjid bertindak sebagai organizatör acara kurban, tapi di Turki tidak di masjid, melainkan dekat masjid dan yang mengorganisir bukan imam masjid, tapi warga setempat.  Seperti contohnya di daerah dekat tempat tinggal teman di Pendik Istanbul, ada acara penyembelihan yang terorganisir seperti di Indonesia. Mereka bersama-sama membawa hewan kurban ke suatu tempat lapang dekat masjid (bukan di masjid), menyembelih, memotong dan menimbang. Terakhir mereka membagikan ke yang membutuhkan. Semua daging bercampur, sehingga shohibul qurban tidak tahu lagi mana daging hewan miliknya, mana yang bukan. Semua tercampur dan penduduk membagikan daging kurban ke wilayah sekitar, juga ke warga luar lain yang menginginkan daging kurban. 

 

Itu tadi empat cara berkurban yang ada di Turki, mulai dari kurban per keluarga yang ditangani sendiri, kurban di tempat pemotongan hewan, kurban melalui online, juga kurban dengan sistem gotong royong bersama seperti di Indonesia (yang terakhir ini sangat langka). 

 


[1] Kahvaltı = sarapan

[2] Kasap = tukang daging, jagal,

[3] Vekilin olayim mi? : can I become your vekil?

[4] Ol :  yes, bisa, lakukan

[5] Turkish Aeronautical Association

[6] Türkiye Diyanet Foundation, Lembaga atau yayasan keagamaan Turki *cmiiw

[7]  Kıyma : daging giling

[8] Sakatat : bagian tubuh hewan yang jarang dikonsumsi, dianggap kotor, ekstrem