26 Agustus 2021

PENGALAMAN VAKSIN DI TURKI

By metinvia

Akhirnyaaaa memutuskan sharing cerita. Setelah hampir sebulan vaksinasi dosis kedua.

Jadi di Turki itu ada dua jenis vaksin yang bisa dipilih, yaitu Sinovac (China) dan Pfizer-BioNTech (Jerman). Pemerintah Turki mengkampanyekan vaksinasi besar-besaran dan memberi kebebasan masyarakatnya memilih satu dari dua vaksin tadi.
Menjelang akhir Juni, saya ambil jadwal vaksinasi dosis pertama. Dalam sistemnya, kami bebas memilih rumah sakit yang tersedia dan jenis vaksinnya. Setelah kegalauan mau vaksin mana, akhirnya kami pilih Pfizer-BioNTech. Stok Pfizer-BioNTech di Turki masih banyak. Vaksin Sinovac waktu itu udah lumayan langka katanya. Jadi begitu ambil jadwal nggak bisa langsung tersedia alias nunggu dulu waktu itu. Sinovac di Turki menipis karena udah dipakai sejak vaksinasi kloter awal.


Sampai di rumah sakit pemerintah, langsung ambil formulir untuk isi beberapa data diri dan persetujuan vaksinasi. Setelah itu, ambil antrian. Sempet bingung karena ternyata nggak ada skrining dan pengecekan fisik. Semua proses berlangsung cepet banget. Proses dari awal vaksinasi hitungan menit, nunggu di luar tempat 15-30 menit. Efek samping dosis pertama ini cuma lengan bekas suntikan bengkak pegel 2-3 hari.


Awal Agustus ambil jadwal lagi untuk vaksinasi kedua. Datang ke rumah sakit malam hari, antriannya mengular panjang. Beda banget dari vaksinasi pertama yang cenderung sepi. Beberapa banyak yang ditolak karena belum sehari ambil randevu di sistem alias nggak bisa dadakan datang lalu vaksin. Kalau vaksin pertama orang-orang bisa dadakan ambil randevu, yang kedua ini nggak bisa dadakan apalagi ambil randevu di tempat. Vaksin kedua di rumah sakit pemerintah ini juga nggak ada skrining. Begitu masuk ruangan, langsung vaksin tanpa ada pengecekan tekanan darah, riwayat penyakit dll.


Efek samping vaksin dosis kedua ini bikin kaget karena lumayan buat kliyengan + tepar. Vaksin Jumat malem, sejam kemudian lengan bekas suntikan sudah bereaksi. Untungnya bekas suntikan dosis kedua ini nggak sesakit dosis pertama. Suntikan dosis kedua ini rasanya lebih ringan dan cepet hilang. Besok paginya setelah vaksin, kepala mulai berat, pusing, dan kadang tiba-tiba kepala gelap kalau kebanyakan gerak. Alhasil H+1 ini di rumah cuma rebahan aja lemes. Mulai demam (kadang muncul, kadang hilang), capek, tulang dan persendian agak sakit, nggak nafsu makan, terus rasanya mau banyak sendawa tapi nggak bisa. Malem harinya masih demam tapi lumayan mendingan, lalu keringat dingin. Setelah keringat dingin, semuanya mulai membaik lagi.


Hari Minggu atau H+2 setelah vaksinasi, rasa capek masih ada tapi mulai enakan dan bisa pergi kemana-mana. H+1 sepertinya kunci dari efek vaksinasi heheā€¦ H+1 dosis pertama efeknya lengan sakit, yang kedua efeknya banyak.
Untungnya kami nggak pernah ambil randevu vaksinasi barengan di waktu yang sama. Selalu selang beberapa hari, antisipasi kalau ngedrop tumbang masih bisa saling bantu gantian. Ohiya doi vaksinasi dosis kedua ambil di rumah sakit swasta dekat kantornya. Di rumah sakit swasta ternyata ada skrining dan interview singkat sebelum vaksin. Petugas bahkan bertanya merokok nggak, minum alkohol nggak dan menjelaskan semua efek samping yang kemungkinan terjadi sekaligus. Pengalaman pribadi dua kali di rumah sakit pemerintah nggak ada skrining maupun ditanya-tanya.

Dulu sebelum vaksin memang sempat dengar kabar burung kalo potensi Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) Pfizer-Biontech dosis kedua lebih keras. Mirip-mirip AZ mungkin ya yang ada di Indonesia. Tanya-tanya orang sekitar, banyak juga yang sempat tumbang setelah dosis kedua tapi lekas pulih kembali. Ada juga yang merasakan efek pusing ringan saja. Jadi memang tiap orang beda pengalaman. Semoga setelah ini nggak ada lagi ya wabah penyakit, agenda vaksin-vaksin ketiga keempat dan seterusnya. aamiinnnn

Sehat-sehat semua…