Menemen
10 April 2017

Menemen

By metinvia

—“Eh sudah sering kamu lihat aku masak menemen walaupun dari layar, kamu ngga mau coba buat sekarang?”. Aih iya sih sebelumnya aku pernah membuat sekali saja, cuma rasanya benar-benar ancur. Lalu anne menyuruhku memasak untuk brunch waktu itu.—

 

 

Sebenarnya, sarapan adalah hal yang harus dilakukan di sini. Semua anggota keluarga berkumpul saat sarapan alias wajib meninggalkan kegiatan apapun untuk makan bersama. Tapi karena banyak alasan, salah satunya kecapekan setelah acara keluarga ‘hayir’ kemaren, sepertinya orang-orang di rumah ini pada kesiangan. Paman dan bibi masih belum terlihat juga. Entah mungkin aku yang bangun terlalu pagi. Hmmm biasanya kalau di rumah, jam segini belum bangun sudah kena marah. Namun di sini, aku bangun cukup terbilang awal. Aku keluar.. sungguh dingin menusuk jari-jemari. Kabut masih terlihat dan suara burung-burung berkicau bersautan.

Cukup siang aku sudah berada di rumah anne. Ternyata mereka semua juga belum sarapan. Aku kira hanya paman dan bibi yang kesiangan, ternyata baba dan anne juga sama. Anne menyuruhku memasak. Disinilah aku merasa was-was. Ya, aku memang sering mencoba-coba memasak, namun aku tidak yakin dengan keadaan yang sekarang. Kami putuskan untuk membuat menemen. Makanan ini sangat sederhana, praktis, cepat, dan (katanya) cocok untuk sarapan.

Bahan pokok : tomat, bawang merah bawang putih (boleh pilih), biber pepper alias cabe (pedesnya nggak ada apa-apanya), tomato pasta, air, telur, garam. *sebenarnya lebih enak dilidah jika ditambahi beberapa bahan lain, seperti daun bawang atau sosis tapi tidak boleh karena merusak esensi dari menemen itu sendiri :”)

 

Setelah kucicipi, rasa dan aroma cukup mengejutkan. Cukup enak dan bisa diterima di lidah. Sungguh jauh berbeda dari percobaan pertama di rumah yang sangat asam dan tidak jelas rasanya. Namun di sini, menemen berasa lebih pas. Mungkin bahan-bahannya yang sedikit berbeda rasa dari di rumah (mungkin)